Masih terang di dalam ingatan peristiwa yang mengguncang bumi Lombok Juli 2018 lalu. Kemudian tanah Palu juga ikut menumbangkan korban-korban akibat gempa dan tsunami pada September 2018. Lalu pada Desember 2018, giliran Selat Sunda yang menyapa pinggiran Jawa dan Sumatera.
Beberapa gempa besar pun masih teringat, Desember 2004, peristiwa tsunami di Aceh. Tahun 2006 gempa di Jogja. Dan tentu saja, gempa di Indonesia bukan hanya gempa besar. Beberapa hari terakhir saya mendapatkan informasi ada beberapa kecil di Indonesia.
Apa yang menyebabkan gempa?
Konon, ada banyak cerita menyoal penyebab gempa. Ada yang bilang karena dewa Poseidon yang mengguncang bumi, atau lele raksasa di bawah tanah sedang berontak, dan banyak lagi dongeng tentang gempa. Sedangkan dalam keilmuan modern, ada teori yang mengatakan faktor yang menyebabkan gempa.
Gempa terjadi karena tumbukan dari aktifitas pergerakan lempeng bumi dan/atau kegiatan gunung berapi merupakan hal yang menyebabkan terjadinya gempa. Pergerakan lempeng bukan hanya memunculkan getaran di daratan, tapi juga di lautan.
Kenapa Indonesia rawan gempa?
Secara geografis, Indonesia terletak di atas lempeng Pasifik, Euro-Asia, dan Indo-Australia. Indonesia juga termasuk ke dalam ring of fire yang mana ada banyak gunung berapi aktif di Indonesia.
Bagaimana cara menyelamatkan diri dari gempa?
Setelah kita sadar bahwa negeri kita rawan gempa (bukan hanya Indonesia saja ternyata), kita perlu mengetahui bagaimana cara mengambil tindakan ketika goncangan itu datang.
1) Tidak Panik
Kalau gempa, biasanya orang akan refleks berlari menyelamatkan diri. Nyatanya, panik membuat kita kehilangan akal untuk berpikir jernih mengambil langkah.
2) Jika berada di dalam bangunan;
Jika gempanya ringan, dan sedang berada di dekat pintu keluar bangunan, keluarlah secara teratur tanpa berdesakan. Kalau sedang berada jauh dari pintu keluar bangunan, misal di lantai sekian di bangunan bertingkat, jangan gunakan lift tapi gunakanlah tangga darurat.
Kalau sekiranya gempa kuat dan tidak sempat keluar, cari tempat yang aman untuk melindungi anggota badan, terutama bagian kepala, contohnya di bawah meja. Biasanya di sudut dinding lebih aman (pernah dengar trik segitiga?). Kalau ada helm di dekat kita, bisa ambil dan kenakan. Kalau enggak, gak harus cari helmnya dulu kok. Baru setelah guncangan berhenti, yang berada di dalam ruangan tadi keluar,
3) Jika berada di luar bangunan;
Jauhi bangunan tinggi berkonstruksi lemah, jembatan tua, tiang listrik atau tiang lampu. Jauhi pula tebing, atau tanah berpasir dan berlumpur.
4) Selalu siap tas siaga bencana
Jika dihadapkan pada situasi daurat, misalnya peringatan tsunami atau apa pun yang membuat kita harus mengungsi, kita bisa langsung membawa barang-barang penting di dalam tas siaga ini.
Apa isi tas itu? Yaitu: air minum, makanan/cemilan, laptop dan ponsel beserta charger, dokumen berharga, dompet. Mukena dan sarung. Kalau bisa juga tambah peluit sih, tapi saya belum punya (teringat film Titanic).
Sementara itu, setelah saya cari info, berikut saya rangkum barang-barang yang harus dipersiapkan di dalam survival kit menurut Palang Merah dan Kemenkes RI:
- Minuman dengan botol
- Makanan (yang tahan lama dan praktis)
- Ponsel dan charger (di dalamnya ada senter, juga radio, jadi bawa pula earphone)
- Alat P3K dan obat-obatan
- Peralatan mandi-cuci-kakus
- Dokumen berharga
- Uang
- Pakaian: Selimut darurat (sarung), jas hujan
- Peluit
- Kontak penting (buku catatan kecil dan alat tulis)
- Alat serba guna (seperti pisau lipat serbaguna)
___________________________________________
Referensi:
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/mari-siapkan-tas-siaga-bencana diakses Februari 2019
https://www.redcross.org/get-help/how-to-prepare-for-emergencies/survival-kit-supplies.html diakses Februari 2019
*Kontributor BCCSquad: Nadella ELTHNAD