Peluang Bisnis Online di Era Pandemi

Tidak ada yang menyangka jika tahun 2020 akan menjadi tahun penuh kejutan. Sejak WHO menyatakan virus corona baru atau Covid-19 sebagai pandemi (pada 11 Maret 2020), hingga Oktober 2020 Indonesia masih terus berusaha menekan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19.  Aktivitas yang terbatas dan dampak ekonomi pun tak bisa terelakkan lagi.

Meski demikian, celah untuk bangkit pasti ada bagi mereka yang dapat menangkap peluang di masa pandemi. Berbisnis menjadi salah satu cara agar roda perekonomian terus berputar demi keberlangsungan hidup. Pertanyaannya, berbisnis yang seperti apa yang dapat berlangsung di tengah pandemi ini? Bagaimana memulainya?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mengadakan webinar yang berjudul “Potensi Bisnis ‘Online’ di Masa Pandemi”, Rabu (14/10/2020) lalu.

Webinar diadakan untuk memberikan informasi tentang tips praktis berbisnis daring di era pandemi kepada masyarakat luas yang hendak berbisnis. Webinar yang dimoderatori oleh Helen Simarmata ini diikuti oleh para pelaku UMKM dan anggota Komunitas Bloggercrony Indonesia secara virtual.

Webinar KPCPEN kali ini menghadirkan dua pembicara: Tuhu Nugraha (Digital Bussiness Consultant) dan Natali Ardianto (wirausahawan – CoFounder dan CEO Lifepack.id dan Jovee.id).

Pandemi mengubah pola konsumsi. Riset Biro Konsultan Internet Resir menyatakan, sejak pandemi berlangsung 12 juta orang Indonesia terdaftar sebagai penjumlah pengguna baru di e-comerce. Jika tidak ada pandemi, peningkatan pengguna ini baru tercapai selama dua tahun.

Berbisnis di Era Pandemi

Berbicara tentang bisnis di era pendemi, menurut Tuhu, keberadaan internet saat ini sangat memudahkan masyarakat untuk memulai bisnis. Meski demikian, banyak pula orang yang bingung, bagaimana atau dari mana saya memulai bisnis ini?

  1. Riset

Riset sangat penting dilakukan bagi para UMKM. Riset tidak perlu menggunakan biaya yang mahal dan melibatkan para ahli. Kakak bisa melakukan riset kecil-kecilan melalui tagar di Instagram juga Pinterest untuk melihat tren berbisnis saat ini.

Riset juga bisa dilakukan dengan melihat tren di negara-negara maju. “Lihatlah apa yang dilakukan negara Amerika 10 tahun lalu dan China 5 tahun yang lalu, copy (amati-tiru-modifikasi sesuai kebudayaan di Indonesia)!”, kata Natali Ardianto melengkapi. Dari hasilriset, kita dapat menyimpulkan keunikan produk yang akan dibuat juga siapa yang menjadi sasaran konsumen. Itulah yang dilakukan Natali pada dua perusahaan farmasi digital miliknya saat ini, Lifepack.id dan Jovee.id.

Bidang bisnis apa yang dapat digeluti di era pandemic? Sebagaimana penjelasan Natali mengacu pada info grafis yang dirilis Decoding The Economics of Covid-19 oleh konsultan ekonomi dan finansial kelas dunia di Kairo,Mesir,bisnis usaha jasa layanan kesehatan, penyedia makanan olah anter masuk buah-buahan dan makanan kesehatan, peralatan kesehatan dan medis (handsanitizer, masker, alat pelindung diri/APD, disinfektandst), jasa internet connection technology, e-Commerce, merupakan sederet sektor yang berpeluang tumbuh di era pandemi.

2. Membuat Rencana Bisnis

Siapa bilang UMKM nggak perlu membuat rencana bisnis? Perlu, donk! Bagaimana membuat rencana bisnis? Natali membagi tips sesuai pengalamannya berjualan di marketplace:

  1. Membuat strategi, misalnya dengan menjadi pembeli yang terpercaya (power merchant-star seller) di marketplace. Ragam ketentuan yang dilakukan masing-masing marketplace untuk mendapatkan predikat pembeli terpercaya, diantaranya memberi KTP, chat harus dibalas 80%, nilai toko di atas 4,5, minimum transaksi lebih dari 30 kali atau mencapai Rp 100 juta.
  2. Ketahui sasaran konsumen. Hal ini penting dilakukan untuk “value” produk yang kita jual agar tidak terjadi persaingan harga. Ada konsumen yang suka dengan kemasan yang rapi, tetapi ada juga konsumen yang hanya mengutamakan soal rasa.
  3. Tentukan pemodal, bisa dari modal pribadi atau mencari investor. Yang terpenting, jika Anda ingin melibatkan orang lain dalam pemodalan usaha, jangan lupa untuk pikirkan juga bagaimana mengembalikan modal tersebut.
  4. Membuat strategi merk (branding).
  5. Rekrut tambahan pekerja jika dibutuhkan.
  6. Alokasikan dana untuk promosi (marketing).
  7. Pergunakan jaringanmu

“Jika Anda gagal membuat rencana, berarti Anda merencanakan kegagalan” -unknown

  1. Mulailah Berbisnis

Nah, setelah membuat rencana bisnis, mulailah berbisnis. Kakak bisa menggunakan sarana messenger (status atau broadcast pesan di WhatsApp), komunitas, marketplace, media sosial, hingga situs sendiri sebagai lapak bisnis daring. Pilih kanal yang tepat untuk berjualan menurut kakak.

“Jualan nggak harus di marketplace. Anda bisa memulainya dari Instagram atau WhatsApp. Dengan pasang status di WhatsApp, kita share keteman-teman kita, orang beli”, kata pria yang pernah mendapat gelar Dosen Terbaik di London School Public Relation.

Sementara itu, berbagi pengalaman yang dilakukan Natali, dirinya mulai berjualan di marketplace. Menurutnya, tidak dibutuhkan waktu yang lama (15-20 menit) untuk berjualan di e-commerce. Selain itu, saat ini sistem di e-commerce sudah sangat bagus untuk mengajari kita mulai jualan. Berjualan di e-commerce juga membantu produsen untuk mendatangkan konsumen. E-Commerce di ibaratkan sebagai mall, sedangkan membuat situs diibaratkan sebagai membuka ruko di mana produsen butuh usaha lebih untuk promosi produk.

“Tahu nggak asyiknya memulai bisnis dari pandemi? Semua orang berawal dari nol!”, Natali Ardianto (wirausahawan – CoFounder dan CEO Lifepack.id dan Jovee.id

  1. Promosi dan Edukasi Produk

Ingat, tidak semua produk yang kakak jual harus mengundang orang untuk datang, melihat, mencoba, dan membelinya, apalagi di tengah pandemi gini. Oleh karenanya, gunakan internet juga untuk promosi dan edukasi produk.

Konsumen membeli produk bukan hanya karena fungsi atau harga paling murah. Sering kali mereka membeli karena cerita menarik yang dibuat dari si produsen. Kakak bisa menampilkan video pembuatan produk atau latar belakang produk ini tercipta. Jadi, jangan hanya membicarakan penjualan, diskon, sale, banting harga, ya!

  1. Melayani Pelanggan dan Membangun Loyalitas

Hal lainnya yang kerap dilupakan oleh UMKM adalah layanan pelanggan. Mengapa? Pengalaman juga review yang ditulis oleh konsumen di internet bisa menjadi rekam jejak layanan toko kita yang dengan mudah diketahui orang banyak.

“Kalau dia suka dan merasa puas dengan pelayanan kita, orang akan balik lagi ke tempat kita. Kalau dia nggak suka, dia nggak akan balik dan parahnya lagi dia akan share ke mana-mana. Dia akan share kesemua orang, “pokoknya jangan beli di sini”, ratingnya dikasih jelek, selesai produk kita!”, jelas Tuhu.

Selain lima kemudahan di atas, membangun loyalitas juga sangat mudah dilakukan UMKM saat berbisnis daring. Kita dapat menjawab pertanyaan, memberikan informasi seputar produk, termasuk juga informasi perjalanan produk yang sudah dibeli konsumen.

Senada dengan Tuhu, Natali bercerita, “Jika ada konsumen yang minta refund, langsung saya refund tanpa ditanya alasan penyebabnya. Lucunya, konsumen yang tidak happy, tapi diservis dengan baik, mereka akan menjadi konsumen loyal”.

Nah, BCCSquad, setelah mengetahui tips-tips bisnis daring ini, apakah kamu semakin mantap berbisnis di masa pandemi ini?

Menutup tulisan ini, seperti kata moderator, “pandemi ini bukan halangan untuk berbisnis dan bisnis daring menyediakan peluang tanpa batas asal kita tetap jeli dan mengikuti perkembangan teknologi”.

Yuk,mulai aja dulu dan tetap semangat bergerak!

*kontributor: Co-Founder BCC domisili Jabodetabek – Anesa Nisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *